(PENENTUAN HARGA
POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS)
A.
PENENTUAN HARGA POKOK
SECARA KONVENSIONAL UNTUK PRODUK TUNGGAL
Ketepatan pembebanan biaya overhead berdasarkan unit
menjadi masalah hanya jika berbagai jenis produk diproduksi dengan menggunakan
1 fasilitas.Jika hanya 1 produk yang diproduksi, seluruh biaya overhead yang
terjadi disebabkan karena produk tersebut dapat dilacak pada produk itu
sendiri.
Contoh Perhitungan biaya satuan :
produk tunggal
|
Biaya produksi
|
Unit produksi
|
Biaya / unit
|
Biaya
bahan baku
|
Rp 600.000
|
10.000
|
Rp 60
|
Biaya
tenaga kerja langsung
|
100.000
|
10.000
|
10
|
Biaya
overhead
|
300.000
|
10.000
|
30
|
Total
|
1.000.000
|
10.000
|
100
|
B.
PEMBEBANAN PRODUK GANDA
DENGAN COST DRIVERS BERDASAR UNIT
Masalah yang timbul: bagaimana mengidentifikasi jumlah
overhead yang ditimbulkan atau dikonsumsi oleh masing-masing jenis
produk.Masalah ini dapat diselesaikan dengan mencari cost drivers atau driver
biaya. Cost driver adalah factor-faktor penyebab yang menjelaskan konsumsi
overhead dalam penentuan HP konvensional, diasumsikan konsumsi overhead
berhubungan erat dengan jumlah unit yang diproduksi yang diukur dalam jam kerja
langsung, jam mesin atau jumlah harga bahan. Cost driver berdasarkan unit
dibebankan pada produk melalui penggunaan tariff overhead tunggal untuk seluruh
pabrik atau tariff overhead tiap departemen. Pemakaian cost driver berdasarkan
unit ini mempunyai keterbatasan karena mengakibatkan informasi biaya
terdistorsi.
Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk
1.
kertas pembungkus warna putih
2.
kertas pembungkus warna biru
Data penentuan harga pokok produk
|
Kertas
|
Pembungkus
|
|
|
Putih
|
Biru
|
total
|
Produksi
/ tahun
|
20.000
|
100.000
|
120.000
|
Biaya
utama
|
Rp 100.000
|
Rp 500.000
|
Rp 600.000
|
Jam
kerja langsung
|
20.000
|
100.000
|
120.000
|
|
|
|
|
Jam
mesin
|
10.000
|
50.000
|
60.000
|
Produksi
berjalan
|
20
|
30
|
50
|
Jam
inspeksi
|
800
|
1.200
|
2.000
|
|
Data
|
departemen
|
|
|
Dept 1
|
Dept 2
|
Total
|
Jam
kerja langsung
|
|
|
|
Putih
|
4.000
|
16.000
|
20.000
|
Biru
|
76.000
|
24.000
|
100.000
|
Total
|
80.000
|
40.000
|
120.000
|
Jam
mesin
|
|
|
|
Putih
|
4.000
|
6.000
|
10.000
|
biru
|
16.000
|
34.000
|
50.000
|
|
20.000
|
40.000
|
60.000
|
BOP
|
|
|
|
Biaya
penyetelan
|
88.000
|
88.000
|
176.000
|
Biaya
inspeksi
|
74.000
|
74.000
|
148.000
|
Biaya
listrik
|
28.000
|
140.000
|
168.000
|
Biaya
kesejahteraan
|
104.000
|
52.000
|
156.000
|
|
294.000
|
354.000
|
648.000
|
Tarif overhead
tunggal untuk satu pabrik
Jika cost driver
tunggal yang dipilih adalah jam mesin, maka tariff overhead pabrik untuk tiap
jam mesin adalah total BOP dibagi dengan jam mesin.
Rp
648.000
60.000
= Rp 10.8 / jam
Perhitungan biaya per unit : tariff
tunggal satu pabrik
|
Kertas
|
Pembungkus
|
|
Elemen
biaya
|
Biaya total
|
Jumlah
|
Biaya/unit
|
Biaya
utama
|
Rp 100.000
|
20.000
|
Rp 5
|
BOP
|
|
|
|
Rp
10.8 x10.000 jm
|
Rp 108.000
|
20.000
|
Rp 5.4
|
Jumlah
|
Rp 208.000
|
|
Rp 10.4
|
|
Kertas
|
Pembungkus
biru
|
|
Elemen
biaya
|
Biaya total
|
Jumlah
|
Biaya/unit
|
Biaya
utama
|
Rp 500.000
|
100.000
|
Rp 5
|
BOP
|
|
|
|
Rp
10.8 x10.000 jm
|
Rp 540.000
|
100.000
|
Rp 5.4
|
Jumlah
|
Rp 1.040.000
|
|
Rp 10.4
|
Tarif overhead setiap departemen
Dengan
menggunakan tariff departemen setiap departemen dapat dibebankan biaya produksi
yang lebih akurat. Sesuai sifat departemen tersebut departemen 1 lebih baik
jika menggunakan jam kerja langsung ( JKL) dan departemen 2 menggunakan jam
mesin.
Perhitungan
tariff tiap departemen:
Tariff
departemen 1 :
Rp 294.000/80.000 jkl
= Rp 3675/ jkl
tariff
departemen 2
Rp 354.000/40.000 jm
= Rp 8.85/jm
|
Kertas
|
Pembungkus
|
|
Elemen
biaya
|
Biaya total
|
Jumlah
|
Biaya/unit
|
Biaya
utama
|
100.000
|
20.000
|
5
|
Dept
1
|
|
|
|
Rp
3675 x4.000
|
14.700
|
20.000
|
0.735
|
Dept
2
|
|
|
|
Rp
8.85 x 6.000
|
53.100
|
20.000
|
2.655
|
Jumlah
|
167.800
|
|
8.390
|
|
Kertas
|
Pembungkus
biru
|
|
Elemen
biaya
|
Biaya total
|
Jumlah
|
Biaya/unit
|
Biaya
utama
|
500.000
|
100.000
|
5
|
Dept
1
|
|
|
|
Rp
3.675 x 76.000
|
279.300
|
100.000
|
2.793
|
Dept
2
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
8.85 x 3.400
|
300.900
|
100.000
|
3.009
|
|
1.080.200
|
|
10.802
|
Jumlah
|
Rp 1.040.000
|
|
Rp 10.4
|
Pengujian data
menyarankan bahwa bagian biaya overhead yang signifikan tidak dipengaruhi oleh
banyaknya unit.
Contoh :
§ Biaya penyetelan (setup) : berhubungan dengan jumlah produksi
berjalan
§ Biaya inspeksi berhubungan dengan banyaknya jumlah jam yang dipakai
dalam inspeksi
§ Perlu diketahui :
§ kertas warna biru : 30/20 = 1,5 kali produksi berjalan dibandingkan
yang putih.
§ Kertas warna biru : 1,5 kali ( 1200/800) jam inspeksi
Dengan tariff
tiap departemen :
Kertas biru
mengkonsumsi 19 kali lipat jumlah jam tenaga kerja langsung ( 76.000/4000) dari
putih dan 5,67 kali lipat jam mesin ( 34.000/6000)
Kegagalan
cost driver berdasarkan unit
Ada
2 faktor utama menyebabkan cost driver berdasarkan unit tidak mampu membebankan
BOP secara tepat.
1. proposi
biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit terhadap total biaya overhead
2. tingkat
diversitas produk
BOP tdk
berhubungan dengan unit
o
Pada contoh sebelumnya ada 4
aktivitas overhead yaitu : inspeksi, setup, kesejahteraan, tenaga listrik.
o
Biaya setup misalnya, adalah
fungsi dari jumlah produksi berjalan ( production run). Produksi berjalan
merupakan cost driver yang tidak berdasarkan unit
o
Cost drivers tidak berdasarkan
unit ( non unit based cost drives) adalah faktor-faktor penyebab selain jumlah
unit yang diproduksi yang menjelaskan konsumsi biaya overhead.
o
Penggunaan cost driver yang
berdasarkan unit saja untuk membebankan biaya overhead yang tidak berhubungan
dengan unit dapat menimbulkan distorsi pada biaya produk.
o
Intensitas distorsi tergantung
dari berapa proporsi dari biaya yang tidak berdasarkan unit terhadap total
biaya overhead.
Dalam contoh :
Biaya setup dan inspeksi menunjukkan bagian substantial yaitu
sebesar 50 % dari total biaya overhead pabrik yaitu:
(176.000 + 148.000) / 648.000 = 324.000
324.000/648.000=50%
Jika biaya overhead yang tidak berdasarkan unit hanya merupakan
prosentase yang kecil dari total biaya overhead, distorsi pada biaya produk
juga akan kecil.
Diversitas
produk
Terjadi jika
dalam suatu perusahaan menghasilkan berbagai jenis produk yang mengkonsumsi
aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Ada beberapa alasan suatu
produk mengkonsumsi overhead dalam proporsi yang berbeda : berbeda ukuran,
kerumitan produk, waktu setup, ukuran batch
Untuk
menggambarkan pemakaian aktivitas oleh setiap jenis produk digunakan ratio
konsumsi.Ratio konsumsi adalah proporsi dari setiap aktivitas yang dikonsumsi
oleh suatu produk.
Karena biaya overhead yang tidak berdasarkan unit merupakan proporsi
yang signifikan dari total biaya overhead dan ratio konsumsi berbeda antara
kategori masukan dengan dasar unit dan masukan dengan dasar non unit, maka
biaya produk dapat terdistorsi jika cost driver yang digunakan hanya
berdasarkan unit. Pemecahan dari masalah penentuan harga pokok ini adalah
dengan menggunakan pendekatan penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas.
Diversitas produk : proporsi
konsumsi
Aktivitas
overhead
|
Pembungkus
putih
|
Pembungkus
biru
|
Ukuran
konsumsi
|
Setup
|
0.4
( a)
|
0.6
|
Produksi
berjalan
|
Inspeksi
|
0.4(
b)
|
0.6
|
Jam
inspeksi
|
Listrik
|
0.17
(c)
|
0.83
|
Jam
mesin
|
Kesejahteraan
|
0.17
(d)
|
0.83
|
Jam
kerja langsung
|
Putih : 20/50 =0.4 dan biru 30/50=0.6
Putih : 800/2.000=0.4 dan biru 1.200/2.000=0.6
Putih : 1.000/60.000=0.17dan biru 50.000/60.000=0.83
Putih : 20.000/120.000 = 0.17 dan biru 100.000/120.000=0.83
C.
PENENTUAN HARGA POKOK
BERDASARKAN AKTIVITAS
Adalah system yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak
biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk.Penentuan harga
pokok produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap
pertama, biaya- biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit
organisasi misalnya pabrik atau departemen-departemen.Baik pada system
konvensional maupun system ABC, tahap ke dua meliputi pelacakan biaya ke
berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan diantara kedua metode tersebut
adalah jumlah cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok secara
ABC menggunakan cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan dalam system konvensional yang hanya
menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Sebagai hasilnya,
metode ini meningkatkan ketelitian.Namun ditinjau dari sudut manajerial,
bagaimanapun juga sisten ABC menawarkan lebih dari hanya ketelitian informasi
tentang biaya dari berbagai aktivitas.
Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas tersebut memungkinkan
para manajer untuk menfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan
peluang untuk melakukan penghematan biaya dengan cara: menyederhanakan
aktivitas, melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien, meniadakan aktivitas yg
tak bernilai tambah.
D. TAHAP-TAHAP DARI PENENTUAN
HARGA POKOK PRODUK
-
Prosedur tahap pertama
Meliputi empat langkah:
A.
Penggolongan biaya
Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang
mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan
segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola
B.
Mengasosiasi berbagai
biaya dengan berbagai aktivitas
Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok-kelompok biaya
yang homogen ditentukan
C.
Penentuan kelompok-kelompok
biaya ( cost pools) yang homogen.
Kelompok biaya homogen (
homogenius cost pool) : adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan
secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya
tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jadi agar dapat dimasukkan
ke dalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus
dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua
produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost
driver.
D.
Penentuan tariff kelompok (
pool rate )
Tarif kelompok ( pool rate) adalah tariff biaya overhead per unit
cost driver yang dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok
aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut.
Prosedur
tahap pertama : Activity based costing
Kelompok 1
o
Biaya penyetelan
o
Biaya inspeksi
|
176.000
148.000
|
Biaya total kelompok 1
|
324.000
|
Produksi berjalan ( production run)
|
50
|
Tariff kelompok 1 ( biaya per produksi
berjalan
|
Rp
6.480
|
Kelompok 2
o
Biaya listrik
o
Kesejahteraan karyawan
|
168.000
156.000
|
Biaya total kelompok 2
|
324.000
|
Jam mesin
|
60.000
|
Tariff kelompok 2 ( biaya per jam mesin)
|
Rp
5,4
|
Prosedur tahap ke dua
Biaya untuk
setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk.Hal ini
dilaksanakan dengan menggunakan tariff kelompok yang dikonsumsi oleh setiap
produk. Ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang
digunakan oleh setiap produk. Jadi overheas ditentukan dari setiap kelompok
biaya ke setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:
Overhead yang dibebankan = tariff
kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan
|
Biaya
per unit : Activity based costing
|
Pembungkus
|
Putih
|
|
|
Total biaya
|
Kuantitas
|
Per unit
|
Biaya utama
|
100.000
|
20.000
|
Rp 5
|
Overhead
Kelompok
1 = Rp 6.480 x 20 PB
Kelompok
2 = Rp 5,4 x 10.000 jm
|
129.600
54.000
|
20.000
20.000
|
Rp 6,48
RP 2,70
|
Jumlah
overhead
|
183.600
|
20.000
|
Rp 9,18
|
Jumlah
biaya
|
283.600
|
20.000
|
Rp 14,18
|
|
Pembungkus
|
Biru
|
|
|
Total
biaya
|
Kuantitas
|
Per unit
|
Biaya
utama
|
Rp 500.000
|
100.000
|
Rp 5
|
Overhead
:
Kelompok
1 = Rp 6.480 x 30 PB
Kelompok
2 = Rp 5,4 x 50.000 JM
|
194.400
270.000
|
100.000
100.000
|
1,94
2,70
|
Jumlah
overhead
|
464.400
|
100.000
|
Rp 4.64
|
Jumlah
biaya
|
Rp 964.400
|
100.000
|
Rp 9.64
|
Perbandingan
biaya-biaya produk
Perbandingan biaya per unit
System biaya
|
Pembungkus
putih
|
Pembungkus
biru
|
Sumber
|
Konvensional
Tariff
tunggal satu pabrik
Tariff
setiap departemen
|
Rp
10.40
Rp
8.39
|
Rp
10.40
Rp
10.80
|
Peraga
5.4
Peraga
5.5
|
Berdasarkan
aktivitas
|
Rp
14.18
|
Rp
9.64
|
Peraga
5.8
|
E. Identifikasi aktivitas dan
klasifikasi
a.
Aktivitas- aktivitas berlevel
unit
o
Aktivitas ber level unit ( unit
level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk
di produksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam mesin, jam listrik (
energi ) digunakan setiap saat satu unit produk dihasilkan.
o
Bahan baku dan tenaga kerja
langsung juga dikelompokkan sebagai aktivitas berlevel unit, namun tidak
termasuk ke dalam overhead .biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit
dinamakan biaya aktivitas berlevel unit .Biaya aktivitas berlevel unit ( unti
level activities cost) adlah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah
unit produk yang diproduksi.
o
Contoh : biaya listrik, biaya
operasi mesin., biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung ( tetapi biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung tidak termasuk overhead)
b. Aktivitas berlevel
batch
o
Aktivitas berlevel batch (
batch level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu
batch produk di produksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah
batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini
adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan
bahan ( gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang
timbul karena aktivitas berlevel batch dinamakan biaya aktivitas berlevel
bacth.
o
Biaya aktivitas berlevel batch
( batch level activities cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh jumlah batch produk yang diproduksi.
o
Biaya ini bervariasi dengan
jumlah batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan
dengan jumlah unit produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika
dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch.
o
Contoh: biaya aktivitas setup,
biaya penjadwalan produksi, biaya pengelolaan bahan ( gerakan bahan dan order
pembelian), dan biaya inspeksi.
c. Aktivitas berlevel
produk
o
aktivitas berlevel produk (
produk level activities) atau aktivitas penopang produk ( produk sustaining
activities ) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk
yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas
ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk
diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara
individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi.
o
Contoh aktivitas yang termasuk
dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk,
perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul karena aktivitas
berlevel produk dinamakan biaya aktivitas berlevel produk. Biaya aktivitas
berlevel produk ( product level activities cost ) atau biaya aktivitas
penopangan produk ( produk sustaining activities cost) adalah biaya atas
aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh
perusahaan. Biaya ini timbul karena aktivitas tersebut mengkonsumsi masukan
untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual.
Biaya ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun biaya ini tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk atau bacth produk yang diproduksi
o
Contoh biaya yang termasuk
dalam kelompok ini adalah biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya
perekayasaan proses, biaya spesifikasi produk, biaya perubahan perekayasaan,
dan biaya peningkatan produk.
d. Biaya berlevel
fasilitas
o
Aktivitas berlevel fasilitas (
facility level activities) atau aktivitas penopang fasilitas (
facility-sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses
pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas
pabrik untuk memproduksi produk namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak
berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini
dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Contoh
aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,
keamanan, pertamanan ( landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi
dan bangunan ( PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik
bersifat administrative misalnya aktivitas pengelolaan pabrik, karyawan, dan
akuntansi untuk pabrik.
o
Biaya aktivitas berlevel
fasilitas ( facility-level activities cost) atau biaya aktivitas penopang
fasilitas ( produk sustaining facilities cost adalah meliputi biaya aktivitas
untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk
menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun
banyak sedikitnya biaya ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk
yang diproduksi. Biaya ini merupakan biaya bersama bagi berbagai jenis produk yang berbeda.
o
Contoh biaya aktivitas ini
mencakup : biaya manajemen pabrik, biaya pemeliharaan bangunan, biaya keamanan,
baiay pertamanan ( landscaping), biaya penerangan pabrik, kebersihan, biaya
pajak bumi dan bangunan ( PBB), biaya depresiasi pabrik.
F.
PERBANDINGAN ABC DENGAN
KONVENSIONAL COST
Konvensional
|
ABC
|
Overhead hanya disebabkan oleh cost drivers berdasarkan unit, maka
penggolongannya hanya biaya variable dan biaya tetap. Biaya variable jumlah
total bervariasi berdasarkan produk.
|
Sistem ABC memandang bahwa biaya overhead variable dapat dilacak
dengan tepat pada berbagai produk secara individual.
|
Pemilihan cost driver
Paling tidak ada dua factor utama yang harus diperhatikan dalam
pemilihan cost driver ( penyebab biaya) yaitu: a. biaya pengukuran dan b.
tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya.
Dalam system ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan
digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver
yang menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia
pada system yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan
meningkatkan biaya system informasi perusahaan. Kelompok biaya ( cost pool)
yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk keadaan
ini, cost driver yang dapat digunakan pada system informasi yang ada sebelumnya
hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran. Misalnya
pada contoh PT kertajaya biaya inspeksi dan biaya setup ditempatkan pada kelompok biaya yang sama, dan dapat
memilih menggunakan jam inspeksi atau jumlah produksi berjalan sebagai cost
driver. Jika informasi mengenai jam inspeksi dan produksi berjalan yang digunakan
untuk kedua jenis produk yang dihasilkan perusahaan sudah tersedia dari system
yang ada sebelumnya, maka cost driver mana yang dipilih dari antara keduanya
tidak jadi masalah. Namun jika dianggap bahwa jam inspeksi untuk setiap jenis
produk tidak dapat dilacak, dan data produksi berjalan untuk kedua jenis produk
tersedia, maka produksi berjalan yang digunakan sbg cost driver.
G.
PENGUKURAN TIDAK
LANGSUNG DAN TINGKAT KORELASI
Sejumlah cost driver yang potensial disajikan driver yang secara
tidak langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas biasanya mengukur jumlah
transaksi yang dihubungkan dengan aktivitas tersebut. Ingat bahwa dimungkinkan
untuk menggantikan suatu cost driver yang secara langsung mengukur konsumsi
dengan cost driver yang secara tidak langsung mengukurnya tanpa kehilangan
akurasi, dengan syarat bahwa kuantitas dari aktivitas yang digunakan setiap
transaksi kira-kira sama untuk setiap produk. Dalam kasus ini indirect cost
driver yang mempunyai korelasi tinggi dan dapat digunakan.
Cost
driver potensial
Jumlah
setup
|
Jumlah
jam tenaga kerja langsung
|
Jumlah
perpindahan bahan
|
Jumlah
pemasok
|
Jumlah
unit yang dikerjakan kembali
|
Jumlah
subperakitan
|
Jumlah
order yang ditempatkan
|
Jumlah
transaksi tenaga kerja
|
Jumlah
order yang diterima
|
Jumlah
unit sisa
|
Jumlah
inspeksi
|
Jumlah
komponen
|
Jumlah
perubahan jadwal
|
Jumlah
jam mesin
|
DAFTAR
PUSTAKA
-
Mowen Hansen .2010.Management Accounting 8th
Edition.Jakarta: Salemba Empat
-
Norren Gerisson.2000.Akuntansi Manajemen, jilid 1.Jakarta:
Selemba Empat
-
Simamora Hendry.2000.Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar